Dynamics of Omnibus Law Formation: Between Legislative Efficiency and Potential Legal Chaos

Sholahuddin Al-Fatih, Bagas Ranendra, Muhammad Ikhsan Tajrim, Naeem AllahRakha

Abstract


The Omnibus Law method represents a novel approach in the Indonesian legislative framework, initially embodied in Law Number 11 of 2020 on Job Creation. This method unify diverse sectoral regulations into a singular legal framework to enhance economic growth and streamline investment processes. However, it faces substantial criticism regarding its legitimacy, notably for inadequate public participation and potential legal ambiguities that may arise from overlapping norms. The integration of the Omnibus Law, influenced by common law traditions, presents compatibility challenges within Indonesia's civil law system, which emphasizes a hierarchical legal structure. The absence of explicit procedures for enacting Omnibus Laws in existing legislation has resulted in fears of legal uncertainty and procedural violations, particularly manifest in the rapid and non-inclusive passage of the Job Creation Law. Critics caution that this approach undermines democratic processes by lacking transparency and public input, as evidenced by widespread protests reflecting public discontent. Additionally, the consolidation of various regulations raises concerns regarding interpretative conflicts and implementation difficulties, posing risks to compliance and governance efficiency. The Constitutional Court has deemed the law "conditionally unconstitutional," underlining its procedural shortcomings. Despite these issues, the Omnibus Law holds potential for simplifying complex regulations and fostering investment, contingent upon enhanced transparency, accountability, and public engagement. Consequently, while the Omnibus Law method could significantly reform Indonesia's legislative landscape by providing adaptive solutions for contemporary challenges, its successful implementation necessitates careful formulation and a commitment to preserving justice and equity within the legal process.


References


Agustina, R. (2021). Omnibus law dan problematika legislasi di Indonesia. Jurnal Legislasi Indonesia, 18(1), 1–14.

Amin, R. I. (2020). Omnibus law antara desiderata dan realita. Jurnal Hukum Samudra Keadilan, 15(1), 90–102. https://ejurnalunsam.id/index.php/jhsk/article/download/2729/2134

Andriani, N. (2020). Konvergensi sistem hukum dan tantangan penerapan omnibus law. Jurnal RechtsVinding, 9(3), 431–447.

Aryani, C. (2021). Reformulasi sistem pembentukan peraturan perundang-undangan melalui penerapan omnibus law. Jurnal USM Law Review, 4(1), 12–25.

Azhari, A. (2021). Partisipasi publik dalam pembentukan Undang-Undang Cipta Kerja. Jurnal Hukum dan Pembangunan, 51(1), 107–126.

Busroh, F. F. (2017). Konseptualisasi omnibus law dalam menyelesaikan permasalahan regulasi pertanahan. Arena Hukum, 10(2). https://doi.org/10.21776/UB.ARENAHUKUM.2017.01002.4

Darmawan, A. (2020). Politik hukum omnibus law dalam konteks pembangunan ekonomi Indonesia. Indonesian Journal of Law and Policy Studies, 1(1), 14–25.

David, J. (2025). Implikasi pembentukan undang-undang dengan metode omnibus law dari perspektif hukum tata negara. Lex Privatum, 13(1), 77–91.

Fathiyah, R. R. (2024). Analisis terhadap responsivitas dan karakteristik elitis pada implementasi Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Pakuan Law Review (PALAR), 6(1), 88–105.

Fauzan, A. (2021). Kepastian hukum dan tantangan dunia usaha dalam era omnibus law. Jurnal Hukum dan Bisnis, 5(2), 97–110.

Firdaus, M. I. (2023). Analisis yuridis perbandingan ketentuan pendirian perseroan terbatas dalam Undang-Undang Cipta Kerja dan Undang-Undang Perseroan Terbatas di Indonesia. Jurnal Ilmiah Penegakan Hukum, 4(1), 22–33.

Hermanto, B. (2023). Formulasi pengaturan undang-undang berbasis omnibus legislation terhadap penguatan hak asasi manusia. Jurnal Legislasi Indonesia, 20(1), 90–109.

Herlambang, W. (2022). Putusan Mahkamah Konstitusi terhadap omnibus law: Kritik dan implikasi hukum. Jurnal Konstitusi, 19(1), 25–43.

Indrati, M. F. S. (2006). Ilmu perundang-undangan: Dasar-dasar dan pembentukannya. Yogyakarta: Kanisius.

Kusumawardani, D. (2021). Masalah teknis dalam penyusunan omnibus law: Studi UU Cipta Kerja. Jurnal Legislasi Indonesia, 18(2), 132–148.

Manan, B. (1992). Dasar-dasar perundang-undangan Indonesia. Jakarta: Ind-Hill-Co.

Maulana, D. R. (2021). Omnibus law: Implikasi terhadap ketentuan pembentukan peraturan perundang-undangan. Jurnal Konstitusi, 18(1), 140–163.

Prasetyo, T. (2021). Problematika sosial-politik dalam pembentukan omnibus law. Jurnal Politik Profetik, 9(1), 18–33.

Puspitasari, N. (2021). Reorganisasi kewenangan lembaga dalam omnibus law: Analisis hukum administrasi. Jurnal Ilmu Hukum, 12(1), 55–70.

Purwanto, M. E., & Lubis, E. (2022). Judicial review omnibus law dalam melindungi pekerja dan mengembangkan investasi di Indonesia. Veritas, 4(1), 1–15. https://jurnal.uia.ac.id/index.php/veritas/article/download/1757/1025

Putri, L. A. (2021). Transparansi dan akuntabilitas dalam legislasi: Studi kasus UU Cipta Kerja. Jurnal Integritas, 7(2), 122–137.

Rachman, Y. (2022). Regulatory impact analysis dalam pembentukan omnibus law: Pembelajaran dari Australia dan Indonesia. Jurnal Bina Hukum Lingkungan, 6(1), 89–103.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2022 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.

Rishan, I., & Nika, I. (2022). Inkompatibilitas metode omnibus law dalam penyederhanaan regulasi. Jurnal Hukum Ius Quia Iustum, 29(1), 1–20. https://journal.uii.ac.id/IUSTUM/article/download/19969/12177

Santosa, M. A. (2021). Sentralisasi regulasi dalam UU Cipta Kerja dan dampaknya terhadap pemerintah daerah. Jurnal Otonomi, 21(3), 231–247.

Santoso, J., Bareta, R. D., & Amin, F. (2020). Peran badan layanan umum dalam politik hukum omnibus law cipta kerja. Jurnal Manajemen Pemerintahan (MAPAN), 6(2), 178–194. https://jmp.kemenkeu.go.id/index.php/mapan/article/download/346/145

Soekanto, S., & Mamudji, S. (2001). Penelitian hukum normatif (suatu tinjauan singkat). Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Supriyadi, & Purnamasari, A. I. (2021). Gagasan penggunaan metode omnibus law dalam pembentukan peraturan daerah. Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum, 15(2), 257–270.

Sunarso, B. (2020). Dampak omnibus law terhadap tatanan hukum nasional. Jurnal Konstitusi, 17(4), 857–874.

Susanti, B. (2022). Reorientasi legislasi nasional pasca omnibus law. Jurnal Hukum Progresif, 18(1), 78–94.

Tungga, B. D. (2023). Peranan dan tanggung jawab pemerintah dalam pelayanan kesehatan pasca disahkannya omnibus law tentang kesehatan. Nusantara Hasana Journal, 2(1), 15–25.

Widodo, W. (2021). Harmonisasi hukum dalam omnibus law: Studi atas UU Cipta Kerja. Jurnal Yustisia, 10(2), 201–216.

Widyari, D. P. (2024). Analisis yuridis omnibus law terhadap dualisme ketentuan hukum sektoral. Jurnal Ilmiah Penegakan Hukum, 4(2), 55–68.

Yusliwidaka, A. (2022). Menakar efektivitas konsep omnibus law dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja di masa pandemi Covid-19. Jurnal Hukum Progresif, 18(2), 188–202. https://ejournal.undip.ac.id/index.php/hukum_progresif/article/download/42858/22713




DOI: http://dx.doi.org/10.31000/jhr.v13i2.14512

Article Metrics

Abstract - 175

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.