Dinasti Politik dalam Pilkada di Indonesia
Abstract
Kehadiran dinasti politik yang melingkupi perebutan kekuasaan di level regional hingga nasional tidak terlepas dari peran partai politik dan regulasi tentang Pilkada. Oligarki di tubuh partai politik dapat dilihat dari kecenderungan pencalonan kandidat oleh partai politik lebih didasarkan atas keinginan elit partai, bukan melalui mekanisme yang demokratis dengan mempertimbangkan kemampuan dan integritas calon. Secara bersamaan, dinasti politik terus membangun jejaring kekuasaannya dengan kuat hingga mampu menguasai dan mematikan demokrasi dalam partai politik. Dalam konteks masyarakat juga terdapat upaya menjaga status quo di daerahnya dengan mendorong kalangan keluarga atau orang dekat kepala daerah menggantikan petahana. Regulasi yang lemah untuk memangkas dinasti politik turut menjadi penyebab meluasnya dinasti politik dalam Pilkada. Praktik politik dinasti juga ditengarai menjadikan lemahnya fungsi checks and balances hingga berdampak pada tindakan korupsi yang dilakukan oleh kepala daerah beserta kerabatnya. Tahun 2017 ini merupakan paruh kedua babak baru pemilihan kepala daerah, setelah paruh pertama pada tahun 2015. Sistem Pemilukada memang baru, namun wajah-wajah lama yang tidak lain merupakan keberlanjutan dari dinasti politik mewarnai perhelatan Pilkada ini yang dikhawatirkan dapat mengancam fase transisi demokrasi menuju konsolidasi demokrasi.
The presence of political dynasties in power struggles from regional to national level is inseparable from the role of political parties and the regulation of the regional head elections. Oligarchy on the body of a political party can be seen from the tendency of candidates nominating by political parties based more on the wishes of party elites, not through democratic mechanisms by considering the ability and integrity of the candidates. Simultaneously, political dynasties continue to establish solid networks of power so they can dominate and kill democracy within political parties. In the context of society, there is also an effort to maintain the status quo in the region by encouraging families or people close to the head of the region to replace the incumbent. Weak regulation to trim political dynasties has contributed to the widespread political dynasty in the regional head elections. The practice of dynastic politics is also suspected to make the weakness of checks and balances function to the effect of corruption acts committed by the head of the region and their relatives. In the year 2017 is the second half of a new round of regional head elections, after the first half in 2015. The regional head elections system is new, but the old faces that are nothing but the continuity of the political dynasty characterize this Pilkada event which is feared could threaten the phase of democratic transition towards consolidation of democracy.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Buku
Huntington, SP. 1991. Gelombangdemokratisasi Ketiga. Jakarta: PT. Intermasa.
Varma, SP. 2007. Teori Politik Modern, Jakarta: Rajawali Press.
Jurnal
Agustino, Leo & Mohammad Agus Yusoff. 2010. Pilkada dan Pemekaran Daerah dalam Demokrasi Lokal di Indonesia : Local Strongmen dan Roving Bandits. Jurnal Debat: Malaysian Journal of History, politics & Strategic Studies Volume 37 th 2010, p 86104.
Choi, Nankyung, 2007. Local Elections and Democracy in Indonesia : The Riau Archipelago, dalam Journal of Contemporary Asia Volume 37 No 3 August 2007. halaman: 326345.
Gurr, Ted, R. (1996) Why Men Rebel. Princeton, N.J.: Princeton University Press.
Mietzner, Marcus. 2009. Indonesia’s 2009 Elections: Populism, Dynasties and the Consolidation of the Party System. Journal of Contemporary Asia
Synder, dkk. 2009. Political Dynasties. Los Angeles: The Review of Economic Studies (2009), Edisi: 76, hal. 115-142.
Undang-Undang
Undang-Undang No. 1 Tahun 2015 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota
Putusan MK
MK Nomor 34/PUU-XIII/2015
Majalah, Surat Kabar dan Berita Online
https://ikrarnusabhakti.wordpress.com/2010/06/01/polemik-istri-pejabat-majupilkada/, diunduh tanggal 30 maret 2017Ikrar Nusa Bhakti, Polemik Istri Pejabat Maju.
Ikrar Nusa Bhakti. 2010. Polemik Istri Pejabat Maju Pilkada. Seputar Indonesia, tanggal 1 juni 2010.
Karyudi Sutajah Putra dalam Suara Merdeka “Kompetisi Politik Dinasti-, tanggal 18 Oktober 2013.
Tribun.news.com, tanggal 14 september 2012.
DOI: http://dx.doi.org/10.31000/jgcs.v1i2.440
Article Metrics
Abstract - 19688 PDF - 18207Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2018 Journal of Government and Civil Society
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Journal of Government and Civil Society is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License .